Jumat, 06 Juni 2014

PSIKOLOGI SEKOLAH



Sebelum aku jelasin mengenai psikologi sekolah, kita harus tau dulu dong apa sih perbedaan antara psikologi pendidikan dengan psikologi sekolah itu.Naah, menurut pengetahuan aku nih psikologi pendidikan itu adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari penerapan-penerapan teori-teori psikologi dalam bidang pendidikan. Sedangkan psikologi sekolah itu adalah penerapan ilmu psikologi pendidikan berupa pemberian pelayanan psikologis guna tercapainya tujuan pendidikan disekolah. Jadi gini nih maksudnya, psikologi pendidikan itu lebih mengarah pada garis besarnya, bekerja secara universal, misalnya kayak mengembangkan kurikulum. Kurikulum itukan bukan hanya dipake disatu sekolah doang, tapi pasti dicoba buat diterapin secara nasionalkan, jadi psikologi pendidikan ini lebih mengarah pada pendidikan secara universalnya atau secara umumnya. Sedangkan psikologi sekolah itu lebih mengarah pada kekhususannya untuk satu sekolah aja. Misalnya nih kayak mengatur metode pembelajaran apa yang efektif buat kelas yang A, lalu metode pembelajaran apa yang cocok di kelas B. Kaan tiap kelas tuh beda-beda kemampuan sama karakteristiknya, misalnya aja nih, kelas yang A cocoknya tuh metode pembelajaran yang ceramah aja, terus kelas B cocoknya tuh lebih banyak ke prakteknya biar cepat nangkep. Kayak gitu tuh perbedaan psikologi pendidikan dan psikologi sekolah secara umum.
Terus nih selanjutnya aku bakalan ngejelasin tentang kontribusi psikologi pendidikan bagi pendidikan itu sendiri. Kitakan udah tau tuh perbedaannya psikologi pendidikan dan psikologi sekolah secara umum, disini aku bakalan jelasin secara lebih detail lagi perbedaan kedua psikologi itu. Dimulai dari psikologi pendidikan.
Kontribusi psikologi pendidikan yang pertama tuh ada pengembangan kurikulum, kayak yang uda gue bilang tadi diatas. Pertama kita mulai dari definisi kurikulum itu sendiri, kurikulum adalah seperangkat program yang direncanakan dan dilaksanakan, baik itu di dalam maupun di luar sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Naah , udah pada tau dong definisinya :D. Yang kedua tuh kita bahas aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan sebelum dilakukannya pengembangan kurikulum.
1.    Karakteristik psikologis peserta didik
Ini nih maksudnya gini, karakter tiap orang pasti beda dong, gak ada yang samakan. Jadi untuk dilakukannya pengembangan kurikulum, psikolog bagian pendidikan ini harus dapat mengenali karakteristik dari siswa-siswa yang bakalan dikembangin kurikulumnya. Gak harus terbang ke seluruh Indonesia terus observasi masing-masing siswa, tetapi lebih melihat kepada contoh-contoh atau sampel dari siswa yang sebelumnya memang telah diobservasi atau telah diperhatikan agar dapat dikembangkannya kurikulum mereka. Apakah mereka gampang stres ataukan mereka termasuk gampang beradaptasi, dan sebagainya.
2.    Kemampuan peserta didik untuk melakukan sesuatu dalam berbagai konteks
Kalau yang ini maksudnya, para psikolog pendidikan harus mengetahui seberapa jauh atau seberapa besar sih kemampuan siswa-siswa di Indonesia atau ditingkat provinsi. Apakah dengan misalnya mengembangkan kurikulum yang dari model seperti ini ke model yang seperti itu dapat diikuti oleh siswa atau malah mereka semakin tidak mengerti dan bingung. Salah-salah mengenali kemampuan peserta didik bakalan mengacu kepada lulus atau tidak lulusnya siswa dalam pembelajaran tersebut.
3.    Pengalaman belajar siswa
Disini dimaksudkan bahwa para psikolog pendidikan harus mengenali pengalaman belajar siswa, apakah dengan terpaksa atau menyenangkan, ataukah dia lambat atau malah terlalu cepat dalam menangkap permasalahan, ataukah dia lama mengerti atau malah sebaliknya.
4.    Hasil belajar
Hal ini juga sangat penting untuk diperhatikan. Mengapa? Karena hasil belajar inilah yang menentukan apakah kita harus merombak kembali kurikulum atau membiarkan kurikulumnya seperti itu saja. Para psikolog pendidikan harus memperhatikan apakah hasil belajar mereka dari kurikulum yang seperti ini memang bagus dan konstan atau malah semakin menurun karena kurikulumnya tidak cocok atau tidak efektif sama sekali.
5.    Standarisasi kemampuan siswa
Naah, ini aspek yang terakhir. Para psikolog pendidikan harus melihat standar pada kemampuan siswa yang akan dikembangkan kurikulumnya. Apakah standarnya memang rata-rata semua atau malah diatas atau dibawah rata-rata. Dengan memperhatikan standarisasi dari kemampuan siswa-siswa tersebut, maka psikolog pendidikan akan dengan mudah dapat mengembangkan kurikulum yang sesuai dan dapat diterima oleh semua siswa tanpa memberatkan satu siswapun.
Jadi intinya sebenarnya, psikolog pendidikan memang harus lebih memperhatikan apa yang memang sangat dibutuhkan oleh siswa-siswa bukan hanya dari satu sekolah, tetapi dari banyak sekolah, dan juga harus dapat mengembangkan kurikulumnya sesuai dengan standarisasi yang didapat dari keseluruhan siswa. Jadi tidak akan ada pihak yang mereasa terbebani atau merasa kemudahan dalam pembelajaran. Mengenai penyusunan buku ajar juga harus didasarkan pada segi-segi  psikologis peserta didik.
Okee, setelah pengembangan kurikulum, kontribusi psikologi pendidikan bagi pendidikan yang kedua tuh ada pengembangan program pendidikan.
Yang pertama ada pengembangan program pendidikan, contohnya seperti penyusunan jadwal belajar dan jadwal ujian dengan mempertimbangkan aspek psikologis peserta didik. Jadi dipenyusunan ini nih psikolog pendidikan tuh gak boleh ngebuat terlalu banyak jadwal dalam satu hari atau bakalan banyak siswa yang stres dan akhirnya gak bisa konsentrasi buat belajar, terus gak boleh ngebuat jadwal tuh misalnya dalam satu hari itu semua pelajaran ngehitung semua, kayak pelajaran pertama matematika, terus yang kedua fisika, yang ketiga kimia, naah kalau dibuat kayak gitu yang ada siswanya bakalan stres dan rasanya kepala tuh mau pecah karena dipaksa buat ngehitung dan mikir mulu. Makanya dalam pengaturan jadwal ini gak boleh sembarangan, harus ada pertimbangan-pertimbangan mengenai siap gak siswa tersebut atau bisa gak siswa tersebut mengikuti pelajaran jika jadwalnya begini, dan gitu juga sama jadwal ujian, gak boleh terlalu banyak dan gak boleh pelajaran yang ngebuat stres semua dijadwalin dalam satu hari itu.
Lalu yang kedua ada penentuan jurusan atau program. Contohnya gini, psikolog pendidikan harus ngebuat kayak standar buat yang misalnya mau masuk ke jurusan IPA, contohnya nih zaman SMA. Misalnya yang mau masuk IPA tuh nilai rata-rata bidang IPA-nya 7,5, jadi yang tidak memenuhi standar tersbut gak boleh lagi masuk IPA. Atau misalnya nih, nilai rata-rata IPA-nya memenuhi, gitu juga nilai IPS-nya, jadi siswa tersebut tinggal milih mau masuk IPA atau IPS, jangan terus dipaksakan harus masuk IPA hanya karena nilai IPA-nya memenuhi standar. Karena kemauan dan motivasi siswa juga harus diperhatikan dong. Buat apa dia terpaksa masuk IPA, yang ada entar malah belajarnya semrawut karena ketidak-ikhlasannya tadi.
Yang terakhir ada pengembangan program. Naah, pengembangan program ini harus mengacu pada upaya pengembangan kemampuan potensial peserta didik. Misalnya, dibuat program pertandingan persahabatan basket tingkat daerah, lalu kota, lalu provinsi. Atau dibuat program olimpiade, dan sebagainya yang dapat mengembangkan kemampuan si siswa tadi agar potensi dan bakat yang dipendamnya keluar atau muncul. Terus program ini juga dapat memotivasi siswa agar menjadi lebih baik lagi agar tujuannya dapat tercapai.
Naah setelah pengembangan program pendidikan, kontribusi psikologi pendidikan bagi pendidikan yang ketiga itu ada sistem pembelajaran.
Yang pertama ada pemilihan teori belajar yang akan diaplikasikan. Jadi para guru itu sebelum masuk dan mengajar suatu kelas harus jelas teori apa yang bakalan dia sampein, jadi guru itu harus paham benar dengan bahan pembelajaran yang akan dia berikan pada hari itu. Terus gak hanya sampek disinni, para psikolog itu juga harus bekerja sama dengan guru-guru dan ngejelasin mengenai teori belajar apa yang baik untuk digunakan disekolah itu atau disuatu kelas, karnakan tiap-tiap sekolah itu siswa-siswanya beda dalam bagaimana cara menyerap ilmunya, apakah harus dengan ceramah aja atau dengan ada sedikit gamenya atau ada sedikit presentase dan sebagainya.
Lalu yang kedua itu ada model-model pembelajaran. Jadi, para psikolog juga harus menerangkan pada guru dan sekolah mengenai model-model pembelajaran apa saja yang ada terus pilih deh mana yang paling bagus untuk diterapkan dalam sekolah itu atau dalam kelas itu.
Lalu yang ketiga ada pemilihan media dan alat bantu pembelajaran. Jadi dalam suatu sekolah itu, sekolah juga harus memikirkan alat bantu seperti apa aja yang dibutuhin buat negdukung pembelajaran tang ada disekolah mereka. Misalnya dengan penambahan komputer/laptop dilab.informatika atau menukar blackboard dengan white board, dan sebagainya.
Naah yang terakhir ada penentuan alokasi waktu belajar dan pembelajaran. Disini maksudnya gini, gimana sih jadwal-jadwal yang baik dalam mengatur pembelajaran. Misalnya saat hari Senin pagi, karena dirasa masih sangat fresh-freshnya terus pikiran masih fokus karena udara masih sejuk jadi hari Senin tuh pelajaran pertamanya Matematika, lalu Bahasa Indonesia agar pelajarannya tidak terlalu berat menghitung semua, lalu agar lebih semangat lagi, pada jadwal terakhir dijadwalkan pelajaran olahraga. Jadi para psikolog dan pihak sekolah harus memikirkan apa saja dampaknya jika kita buad jadwal belajar yang seperti ini, lalu apa sih bedanya kalau jadwalnya yang begini kita buat terus jadwal yang begitu, bedanya gimana sih. Yaa seperti itulah initinya.
Setelah sistem pembelajaran, yang terakhir ini adalah mengenai sistem evaluasi. Yang pertama ada penentuan teknik evaluasi (teknik tes atau non-tes), lalu ada penentuan jenis tes (lisan, tulis, dan perbuatan, serta objektif ataukah subjektif), yang terakhir ada penentuan mengenai waktu pelaksanaan evaluasi.
Naah udah taukan gimana itu psikologi pendidikan, disini akan aku jelasin mengenai psikologi sekolahnya. Diatas tadikan udah dijelasin tuh apa sih pengertian psikologi sekolah itu, jadi disini aku bakalan jelasin secara singkat aja sih, karena emang gak banyak yang bisa dijelasin hehe. Psikolog sekolah tuh tugasnya adalah membentuk individu yang sehat mental supaya proses belajar efektif itu tercapai, misalnya tuh kayak nilai-nilai akademiknya tinggi atau bisa dikatakan sangat memuaskan, terus perilaku dan keahlian siswa dalam bersosialisasi juga bagus, gak malu-malu atau gak mengarah ke dalam hal-hal yang negatif dalam masyarakat, jadi intinya tuh siswa-siswanya pada baik-baik semua, terus hubungan siswa dengan teman atau keluarganya atau yang lainnya itu baik atau sehat, gak yang macem-macem atau aneh-aneh perilakunya, terus juga siswanya tuh saling berkomunikasi dengan lancar satu dengan yang lain, terus siswanya juga bisa saling menghargai dan memberikan toleransi dengan yang lainnya, jadinya semuanya bisa saling ngerhormatin, bukan malah ngejadiin sesuatu hal dari temennya tuh buat bahan ejekan, tetapi lebih kepada saling respectlah satu sama lainnya, terus juga bisa ngehargai dirinya sendiri dan oranglain, terus juga siswanya berkompetensi, dan lain sebagainyalah.
Naah, ini aja sih yang bisa aku sampein ke temen-temen sekalian. Saran dan kritik kalian aku hargain, jadi kita sama-sama belajar hehe. Maaf kalau aku ada kesalahan dalam pengetikan. Gomawo~~ ;)

ANDRAGOGI DAN PEDAGOGI



Kali ini yang akan kita bahas adalah mengenai andragogi dan pedagogi. Andragogi secara keseluruhan itu didefinisikan sebagai ilmu atau seni yang mempelajari cara mengajar orang dewasa, sedangkan pedagogi adalah sebaliknya, yaitu ilmu atau seni yang mempelajari cara mengajar anak-anak. Naah, disini akan aku jelasin apa aja sih perbedaan dari andragogi dan pedagogi ini.
Yang pertama yang kita bahas adalah disebut apa para pembelajarnya. Di andragogi pembelajar disebut sebagai “peserta didik” atau “warga belajar”, sedangkan pada pedagogi disebut sebagai “siswa” atau “anak didik”. Naah, pasti kalian semua bertanya kenapa sih cara pemanggilannya itu beda. Disinilah penjelasan selanjutnya atau perbedaan yang kedua, yaitu mengenai  gaya pembelajarannya. Di andragogi, gaya pembelajarannya adalah independen, sedangkan pada pedagogi dipenden. Mengapa bisa gitu yaa? Andragogi adalah pembelajarannya orang dewasa, maka disini sebagai orang dewasa, kita dituntut untuk bisa belajar lebih mandiri dan aktif, karenakan wawasan kita uda bisa dianggap luas, terus kita juga udah bisa belajar sendiri tanpa harus didikte besok mau belajar apa, bahannya darimana aja, terus harus dibaca dari halaman sekian sampai sekian, atau sebagainyalah. Kita sebagai orang dewasa dianggap dan memang dituntut untuk belajar sendiri tanpa harus menunggu arahan sang dosen atau guru. Sedangkan pada pedagogi adalah pembelajarannya buat anak-anak, naah seperti yang kita tau, namanya juga anak-anak, pasti cara belajarnya masih perlu guru atau bisa kita sebut dipenden. Mereka gak bisa belajar sendiri, mereka gak bisa hanya dengan membaca bukunya langsung paham dan mengerti apa maksud dari yang dibacanya tadi. Anak-anak masih memang berpikir secara logis, tetapi tidak selogis orang dewasa berpikir, makanya anak-anak masih perlu dan sangat membutuhkan bantuan belajar dari guru, sangat berbeda dengan orang dewasa yang sudah dapat belajar sendiri tanpa harus dibantu oleh guru. Lalu selanjutnya ada siapa yang dianggap sumber daya. Pada andragogi yang dianggap sumber daya utama adalah peserta didik itu sendiri, karena dari peserta didik itulah muncul ide-ide baru dan contoh-contoh yang lebih luas. Orang dewasa udah dapat memberikan ide-ide baru pada pembelajaran atau mereka juga udah bisa memberikan contoh-contoh dari pembelajaran mereka, tanpa harus sama dengan contoh yang ada didalam buku. Sedangkan pada pedagogi, sumber daya utama dalam pembelajaran itu terdapat pada guru itu sendiri. Guru itu yang memberi contoh, memberi ide, memberikan bahan pembelajaran, dan semua-semuanya. Maka dari itu siswa hanya bertugas sebagai pendengar dan penerima ilmu dari sang guru tanpa bisa memberikan kontribusi apapun dalam pembelajaran, anak-anak hanya datang duduk diam lalu menerima ajaran sang guru dan mencontoh seperti apa yang gurunya jelaskan tanpa harus mengerti apa sebenarnya konsep luas dari pembelajaran yang diterimanya tadi. Lalu perbedaan selanjutnya ada pada metode pembelajarannya. Pada andragogi diharapkan belajar secara aktif, yaitu maksudnya antara peserta didik dengan tenaga pendidik saling memberikan respon ataupun feedback. Misalnya dalam belajar, peserta didik merasa ada yang salah atau merasa ada yang kurang dan sebagainya, lalu peserta didik itu mengutarakan pendapatnya pada tenaga pendidik. Jadi inti sebenarnya adalah baik peserta didik maupun tenaga didik sama-sama belajar dalam keadaan pembelajaran. Lalu metode pembelajaran dalam pedagogi adalah metode yang pasif, yaitu dengan cara ceramah. Misalnya gini, coba kita mengingat bagaimana cara kita belajar pada masa-masa SD-SMP, kita masih mengharapkan guru yang menjelaskan, tanpa kita harus belajar dari rumah atau tanpa kita tau apa sih bahan pembelajaran pada hari ini. Semuanya masih berpusat pada guru, apa-apa guru, penjelasan dari guru, tugas dari guru, penilaian dari guru, hanya sebatas itu dan tidak ada kontribusi kita didalamnya, karena metode yang pasif tadi.
Naah selain perbedaan secara umum, ada juga perbedaan secara spesifik lagi, yaitu asumsi-asumsi dari andragogi maupun pedagogi. Sebenarnya ada sebelas asumsi, tetapi disini saya tidak akan menyebutkan kesebelas asumsi tadi, hanya empat asumsi yang akan saya jelaskan.
NO
INDIKATOR
ASUMSI ANDRAGOGI
ASUMSI PEDAGOGI
1
ORIENTASI UNTUK BELAJAR
BERPUSAT PADA MASALAH
BERPUSAT PADA MATA PELAJARAN
2
PENGALAMAN
PELAJAR MERUPAKAN SUMBER DAYA YANG KAYA UNTUK BELAJAR
PELAJAR BERHARGA KECIL UNTUK BELAJAR
3
KEGIATAN
TEKNIK PENGALAMAN
TEKNIK PELAYANAN
4
KONSEP DIRI
PENINGKATAN ARAH DIRI/KEMANDIRIAN
KETERGANTUNGAN
1.       Maksud asumsi yang pertama, orientasi belajar pada andragogi itu berpusat pada masalah adalah kita belajar untuk menyelesaikan masalah yang ada, jadi fokus kita dalam belajar terletak pada masalah apa yang kita hadapi. Misalnya saya menghadapi masalah dalam belajar jika dosen menjelaskan pelajarannya secara ceramah dan saya kurang paham. Naah, cara saya menyelesaikan problem saya ini yaa saya akan berdiskusi kembali dengan teman saya atau saya kembali belajar sendiri dirumah atau dengan cara yang lain. kalau pada pedagogi ini fokusnya hanya pada mata pelajarannya. Misalnya, pada pelajaran kimia saya gak paham gimana cara mengerjakan soal tentang ion, jadi saya hanya kembali mengerjakan soal yang sama sampai benar tanpa mengetahui apa sebenarnya konsep atau tujuan saya untuk belajar mengenai ion tersebut. Jadi saya hanya mengerti mengerjakan soal tanpa paham bagaimana saja cara-caranya.
2.       Yang kedua mengenai pengalaman. Disini pada andragogi kita sebagai orang dewasa adalah sumber yang kaya untuk belajar. Kenapa? Karena kita dapat saling berbagi ilmu dengan tenaga pendidik atau teman kita. Misalnya dalam matkul kepribadian, para presentator menjelaskan apa yang mereka ketahui dari hasil diskusi mereka didepan, naah disitukan sebenarnya kita udah belajar sendiri tanpa ada ikut campur dari dosen, dan dosen hanya mengarahkan atau meluruskan masalah hanya jika pembahasan sudah mulai kelihatan melenceng dari konsep yang ditetapkan. Kita juga dapat bertanya jawab dengan teman kita yang presentasi, intinya sebenarnya disini adalah kita dapat saling memberikan respon atas materi yang disampaikan, jadi kita belajar sendiri, paham sendiri, dan ujungnya nanti memang untuk kita sendiri hasilnya. Sedangkan pada pedagogi siswanya berharga kecil untuk belajar. Kenapa? Yaa karna itu tadi, siswa hanya belajar secara pasif tanpa ada respon yang signifikan, tanpa ada feedback yang diberikan. Jadinya yaa siswanya datang ke sekolah terus duduk dikelas terus gurunya datang menjelaskan pelajaran , anak-anak nyatat, terus bel pulang, terus guru ngasih tugas, sampai rumah dikerjakan, setelah selesai yaudah gadak apa-apa lagi. Hanya sebatas belajar untuk menjadi terbaik dengan nilai yang tertinggi tanpa memahami betul pelajarannya. Maka dari itu para siswa berharga kecil, karena mereka dianggap masih kecil untuk memberikan komentar pada guru yang strata belajarnya aja udah lebih tinggi dari anak-anak tersebut.
3.       Yang ketiga yaitu kegiatan. Pada andragogi ada teknik pengalaman, yaitu dari pengalaman kita apa aja sih yang udah kita dapatkan, gimana sih cara kita menyelesaikan masalah yang ini, jadi kalau ada masalah yang hampir sama seperti itu, kita udah gak bingung lagi cara menyelesaikannya gimana, kita udah paham dari pengalaman yang udah kita dapat. Sedangkan pada pedagogi ada teknik pelayanan. Bagaimana siswa bisa mengerti pelajaran, bisa ngerjain soal dengan bagus yaa tergantung dari bagaimana cara gurunya itu menjelaskan dengan baik, apakah mencontoh pas seperti yang ada dalam buku atau guru tersebut mempunyai cara tersendiri. Karenakan didalam pedagogi ini semuanya berpusat pada gurunya.
4.       Naah yang keempat dan yang terakhir adalah konsep diri. Dalam andragogikan orang-orangnya udah pada dewasa tuh, jadi yaa sangat diharapkan kalau kita lebih mandiri dalam belajarnya, jadi gak harus nunggu apa kata dosennya baru kita bergerak, yaa intinya kita bergerak atau belajar dengan inisiatif kita sendiri. Sedangkan pada pedagogi masih sangat bergantung pada gurunya, jadi nunggu dulu gurunya bilang apa, kasih tugas apa, pembagian kelompoknya gimana, baru semuanya bergerak, itupun masih tetap membutuhkan bantuan dari gurunya sendiri.
Ini aja yang bisa saya sampaikan, kalau ada kesalahan mohon dimaafkan. Saran dan kritik sangat saya harapkan agar semakin bagus lagi dalam menulis. Thanks!