Jumat, 06 Juni 2014

PSIKOLOGI SEKOLAH



Sebelum aku jelasin mengenai psikologi sekolah, kita harus tau dulu dong apa sih perbedaan antara psikologi pendidikan dengan psikologi sekolah itu.Naah, menurut pengetahuan aku nih psikologi pendidikan itu adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari penerapan-penerapan teori-teori psikologi dalam bidang pendidikan. Sedangkan psikologi sekolah itu adalah penerapan ilmu psikologi pendidikan berupa pemberian pelayanan psikologis guna tercapainya tujuan pendidikan disekolah. Jadi gini nih maksudnya, psikologi pendidikan itu lebih mengarah pada garis besarnya, bekerja secara universal, misalnya kayak mengembangkan kurikulum. Kurikulum itukan bukan hanya dipake disatu sekolah doang, tapi pasti dicoba buat diterapin secara nasionalkan, jadi psikologi pendidikan ini lebih mengarah pada pendidikan secara universalnya atau secara umumnya. Sedangkan psikologi sekolah itu lebih mengarah pada kekhususannya untuk satu sekolah aja. Misalnya nih kayak mengatur metode pembelajaran apa yang efektif buat kelas yang A, lalu metode pembelajaran apa yang cocok di kelas B. Kaan tiap kelas tuh beda-beda kemampuan sama karakteristiknya, misalnya aja nih, kelas yang A cocoknya tuh metode pembelajaran yang ceramah aja, terus kelas B cocoknya tuh lebih banyak ke prakteknya biar cepat nangkep. Kayak gitu tuh perbedaan psikologi pendidikan dan psikologi sekolah secara umum.
Terus nih selanjutnya aku bakalan ngejelasin tentang kontribusi psikologi pendidikan bagi pendidikan itu sendiri. Kitakan udah tau tuh perbedaannya psikologi pendidikan dan psikologi sekolah secara umum, disini aku bakalan jelasin secara lebih detail lagi perbedaan kedua psikologi itu. Dimulai dari psikologi pendidikan.
Kontribusi psikologi pendidikan yang pertama tuh ada pengembangan kurikulum, kayak yang uda gue bilang tadi diatas. Pertama kita mulai dari definisi kurikulum itu sendiri, kurikulum adalah seperangkat program yang direncanakan dan dilaksanakan, baik itu di dalam maupun di luar sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Naah , udah pada tau dong definisinya :D. Yang kedua tuh kita bahas aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan sebelum dilakukannya pengembangan kurikulum.
1.    Karakteristik psikologis peserta didik
Ini nih maksudnya gini, karakter tiap orang pasti beda dong, gak ada yang samakan. Jadi untuk dilakukannya pengembangan kurikulum, psikolog bagian pendidikan ini harus dapat mengenali karakteristik dari siswa-siswa yang bakalan dikembangin kurikulumnya. Gak harus terbang ke seluruh Indonesia terus observasi masing-masing siswa, tetapi lebih melihat kepada contoh-contoh atau sampel dari siswa yang sebelumnya memang telah diobservasi atau telah diperhatikan agar dapat dikembangkannya kurikulum mereka. Apakah mereka gampang stres ataukan mereka termasuk gampang beradaptasi, dan sebagainya.
2.    Kemampuan peserta didik untuk melakukan sesuatu dalam berbagai konteks
Kalau yang ini maksudnya, para psikolog pendidikan harus mengetahui seberapa jauh atau seberapa besar sih kemampuan siswa-siswa di Indonesia atau ditingkat provinsi. Apakah dengan misalnya mengembangkan kurikulum yang dari model seperti ini ke model yang seperti itu dapat diikuti oleh siswa atau malah mereka semakin tidak mengerti dan bingung. Salah-salah mengenali kemampuan peserta didik bakalan mengacu kepada lulus atau tidak lulusnya siswa dalam pembelajaran tersebut.
3.    Pengalaman belajar siswa
Disini dimaksudkan bahwa para psikolog pendidikan harus mengenali pengalaman belajar siswa, apakah dengan terpaksa atau menyenangkan, ataukah dia lambat atau malah terlalu cepat dalam menangkap permasalahan, ataukah dia lama mengerti atau malah sebaliknya.
4.    Hasil belajar
Hal ini juga sangat penting untuk diperhatikan. Mengapa? Karena hasil belajar inilah yang menentukan apakah kita harus merombak kembali kurikulum atau membiarkan kurikulumnya seperti itu saja. Para psikolog pendidikan harus memperhatikan apakah hasil belajar mereka dari kurikulum yang seperti ini memang bagus dan konstan atau malah semakin menurun karena kurikulumnya tidak cocok atau tidak efektif sama sekali.
5.    Standarisasi kemampuan siswa
Naah, ini aspek yang terakhir. Para psikolog pendidikan harus melihat standar pada kemampuan siswa yang akan dikembangkan kurikulumnya. Apakah standarnya memang rata-rata semua atau malah diatas atau dibawah rata-rata. Dengan memperhatikan standarisasi dari kemampuan siswa-siswa tersebut, maka psikolog pendidikan akan dengan mudah dapat mengembangkan kurikulum yang sesuai dan dapat diterima oleh semua siswa tanpa memberatkan satu siswapun.
Jadi intinya sebenarnya, psikolog pendidikan memang harus lebih memperhatikan apa yang memang sangat dibutuhkan oleh siswa-siswa bukan hanya dari satu sekolah, tetapi dari banyak sekolah, dan juga harus dapat mengembangkan kurikulumnya sesuai dengan standarisasi yang didapat dari keseluruhan siswa. Jadi tidak akan ada pihak yang mereasa terbebani atau merasa kemudahan dalam pembelajaran. Mengenai penyusunan buku ajar juga harus didasarkan pada segi-segi  psikologis peserta didik.
Okee, setelah pengembangan kurikulum, kontribusi psikologi pendidikan bagi pendidikan yang kedua tuh ada pengembangan program pendidikan.
Yang pertama ada pengembangan program pendidikan, contohnya seperti penyusunan jadwal belajar dan jadwal ujian dengan mempertimbangkan aspek psikologis peserta didik. Jadi dipenyusunan ini nih psikolog pendidikan tuh gak boleh ngebuat terlalu banyak jadwal dalam satu hari atau bakalan banyak siswa yang stres dan akhirnya gak bisa konsentrasi buat belajar, terus gak boleh ngebuat jadwal tuh misalnya dalam satu hari itu semua pelajaran ngehitung semua, kayak pelajaran pertama matematika, terus yang kedua fisika, yang ketiga kimia, naah kalau dibuat kayak gitu yang ada siswanya bakalan stres dan rasanya kepala tuh mau pecah karena dipaksa buat ngehitung dan mikir mulu. Makanya dalam pengaturan jadwal ini gak boleh sembarangan, harus ada pertimbangan-pertimbangan mengenai siap gak siswa tersebut atau bisa gak siswa tersebut mengikuti pelajaran jika jadwalnya begini, dan gitu juga sama jadwal ujian, gak boleh terlalu banyak dan gak boleh pelajaran yang ngebuat stres semua dijadwalin dalam satu hari itu.
Lalu yang kedua ada penentuan jurusan atau program. Contohnya gini, psikolog pendidikan harus ngebuat kayak standar buat yang misalnya mau masuk ke jurusan IPA, contohnya nih zaman SMA. Misalnya yang mau masuk IPA tuh nilai rata-rata bidang IPA-nya 7,5, jadi yang tidak memenuhi standar tersbut gak boleh lagi masuk IPA. Atau misalnya nih, nilai rata-rata IPA-nya memenuhi, gitu juga nilai IPS-nya, jadi siswa tersebut tinggal milih mau masuk IPA atau IPS, jangan terus dipaksakan harus masuk IPA hanya karena nilai IPA-nya memenuhi standar. Karena kemauan dan motivasi siswa juga harus diperhatikan dong. Buat apa dia terpaksa masuk IPA, yang ada entar malah belajarnya semrawut karena ketidak-ikhlasannya tadi.
Yang terakhir ada pengembangan program. Naah, pengembangan program ini harus mengacu pada upaya pengembangan kemampuan potensial peserta didik. Misalnya, dibuat program pertandingan persahabatan basket tingkat daerah, lalu kota, lalu provinsi. Atau dibuat program olimpiade, dan sebagainya yang dapat mengembangkan kemampuan si siswa tadi agar potensi dan bakat yang dipendamnya keluar atau muncul. Terus program ini juga dapat memotivasi siswa agar menjadi lebih baik lagi agar tujuannya dapat tercapai.
Naah setelah pengembangan program pendidikan, kontribusi psikologi pendidikan bagi pendidikan yang ketiga itu ada sistem pembelajaran.
Yang pertama ada pemilihan teori belajar yang akan diaplikasikan. Jadi para guru itu sebelum masuk dan mengajar suatu kelas harus jelas teori apa yang bakalan dia sampein, jadi guru itu harus paham benar dengan bahan pembelajaran yang akan dia berikan pada hari itu. Terus gak hanya sampek disinni, para psikolog itu juga harus bekerja sama dengan guru-guru dan ngejelasin mengenai teori belajar apa yang baik untuk digunakan disekolah itu atau disuatu kelas, karnakan tiap-tiap sekolah itu siswa-siswanya beda dalam bagaimana cara menyerap ilmunya, apakah harus dengan ceramah aja atau dengan ada sedikit gamenya atau ada sedikit presentase dan sebagainya.
Lalu yang kedua itu ada model-model pembelajaran. Jadi, para psikolog juga harus menerangkan pada guru dan sekolah mengenai model-model pembelajaran apa saja yang ada terus pilih deh mana yang paling bagus untuk diterapkan dalam sekolah itu atau dalam kelas itu.
Lalu yang ketiga ada pemilihan media dan alat bantu pembelajaran. Jadi dalam suatu sekolah itu, sekolah juga harus memikirkan alat bantu seperti apa aja yang dibutuhin buat negdukung pembelajaran tang ada disekolah mereka. Misalnya dengan penambahan komputer/laptop dilab.informatika atau menukar blackboard dengan white board, dan sebagainya.
Naah yang terakhir ada penentuan alokasi waktu belajar dan pembelajaran. Disini maksudnya gini, gimana sih jadwal-jadwal yang baik dalam mengatur pembelajaran. Misalnya saat hari Senin pagi, karena dirasa masih sangat fresh-freshnya terus pikiran masih fokus karena udara masih sejuk jadi hari Senin tuh pelajaran pertamanya Matematika, lalu Bahasa Indonesia agar pelajarannya tidak terlalu berat menghitung semua, lalu agar lebih semangat lagi, pada jadwal terakhir dijadwalkan pelajaran olahraga. Jadi para psikolog dan pihak sekolah harus memikirkan apa saja dampaknya jika kita buad jadwal belajar yang seperti ini, lalu apa sih bedanya kalau jadwalnya yang begini kita buat terus jadwal yang begitu, bedanya gimana sih. Yaa seperti itulah initinya.
Setelah sistem pembelajaran, yang terakhir ini adalah mengenai sistem evaluasi. Yang pertama ada penentuan teknik evaluasi (teknik tes atau non-tes), lalu ada penentuan jenis tes (lisan, tulis, dan perbuatan, serta objektif ataukah subjektif), yang terakhir ada penentuan mengenai waktu pelaksanaan evaluasi.
Naah udah taukan gimana itu psikologi pendidikan, disini akan aku jelasin mengenai psikologi sekolahnya. Diatas tadikan udah dijelasin tuh apa sih pengertian psikologi sekolah itu, jadi disini aku bakalan jelasin secara singkat aja sih, karena emang gak banyak yang bisa dijelasin hehe. Psikolog sekolah tuh tugasnya adalah membentuk individu yang sehat mental supaya proses belajar efektif itu tercapai, misalnya tuh kayak nilai-nilai akademiknya tinggi atau bisa dikatakan sangat memuaskan, terus perilaku dan keahlian siswa dalam bersosialisasi juga bagus, gak malu-malu atau gak mengarah ke dalam hal-hal yang negatif dalam masyarakat, jadi intinya tuh siswa-siswanya pada baik-baik semua, terus hubungan siswa dengan teman atau keluarganya atau yang lainnya itu baik atau sehat, gak yang macem-macem atau aneh-aneh perilakunya, terus juga siswanya tuh saling berkomunikasi dengan lancar satu dengan yang lain, terus siswanya juga bisa saling menghargai dan memberikan toleransi dengan yang lainnya, jadinya semuanya bisa saling ngerhormatin, bukan malah ngejadiin sesuatu hal dari temennya tuh buat bahan ejekan, tetapi lebih kepada saling respectlah satu sama lainnya, terus juga bisa ngehargai dirinya sendiri dan oranglain, terus juga siswanya berkompetensi, dan lain sebagainyalah.
Naah, ini aja sih yang bisa aku sampein ke temen-temen sekalian. Saran dan kritik kalian aku hargain, jadi kita sama-sama belajar hehe. Maaf kalau aku ada kesalahan dalam pengetikan. Gomawo~~ ;)

ANDRAGOGI DAN PEDAGOGI



Kali ini yang akan kita bahas adalah mengenai andragogi dan pedagogi. Andragogi secara keseluruhan itu didefinisikan sebagai ilmu atau seni yang mempelajari cara mengajar orang dewasa, sedangkan pedagogi adalah sebaliknya, yaitu ilmu atau seni yang mempelajari cara mengajar anak-anak. Naah, disini akan aku jelasin apa aja sih perbedaan dari andragogi dan pedagogi ini.
Yang pertama yang kita bahas adalah disebut apa para pembelajarnya. Di andragogi pembelajar disebut sebagai “peserta didik” atau “warga belajar”, sedangkan pada pedagogi disebut sebagai “siswa” atau “anak didik”. Naah, pasti kalian semua bertanya kenapa sih cara pemanggilannya itu beda. Disinilah penjelasan selanjutnya atau perbedaan yang kedua, yaitu mengenai  gaya pembelajarannya. Di andragogi, gaya pembelajarannya adalah independen, sedangkan pada pedagogi dipenden. Mengapa bisa gitu yaa? Andragogi adalah pembelajarannya orang dewasa, maka disini sebagai orang dewasa, kita dituntut untuk bisa belajar lebih mandiri dan aktif, karenakan wawasan kita uda bisa dianggap luas, terus kita juga udah bisa belajar sendiri tanpa harus didikte besok mau belajar apa, bahannya darimana aja, terus harus dibaca dari halaman sekian sampai sekian, atau sebagainyalah. Kita sebagai orang dewasa dianggap dan memang dituntut untuk belajar sendiri tanpa harus menunggu arahan sang dosen atau guru. Sedangkan pada pedagogi adalah pembelajarannya buat anak-anak, naah seperti yang kita tau, namanya juga anak-anak, pasti cara belajarnya masih perlu guru atau bisa kita sebut dipenden. Mereka gak bisa belajar sendiri, mereka gak bisa hanya dengan membaca bukunya langsung paham dan mengerti apa maksud dari yang dibacanya tadi. Anak-anak masih memang berpikir secara logis, tetapi tidak selogis orang dewasa berpikir, makanya anak-anak masih perlu dan sangat membutuhkan bantuan belajar dari guru, sangat berbeda dengan orang dewasa yang sudah dapat belajar sendiri tanpa harus dibantu oleh guru. Lalu selanjutnya ada siapa yang dianggap sumber daya. Pada andragogi yang dianggap sumber daya utama adalah peserta didik itu sendiri, karena dari peserta didik itulah muncul ide-ide baru dan contoh-contoh yang lebih luas. Orang dewasa udah dapat memberikan ide-ide baru pada pembelajaran atau mereka juga udah bisa memberikan contoh-contoh dari pembelajaran mereka, tanpa harus sama dengan contoh yang ada didalam buku. Sedangkan pada pedagogi, sumber daya utama dalam pembelajaran itu terdapat pada guru itu sendiri. Guru itu yang memberi contoh, memberi ide, memberikan bahan pembelajaran, dan semua-semuanya. Maka dari itu siswa hanya bertugas sebagai pendengar dan penerima ilmu dari sang guru tanpa bisa memberikan kontribusi apapun dalam pembelajaran, anak-anak hanya datang duduk diam lalu menerima ajaran sang guru dan mencontoh seperti apa yang gurunya jelaskan tanpa harus mengerti apa sebenarnya konsep luas dari pembelajaran yang diterimanya tadi. Lalu perbedaan selanjutnya ada pada metode pembelajarannya. Pada andragogi diharapkan belajar secara aktif, yaitu maksudnya antara peserta didik dengan tenaga pendidik saling memberikan respon ataupun feedback. Misalnya dalam belajar, peserta didik merasa ada yang salah atau merasa ada yang kurang dan sebagainya, lalu peserta didik itu mengutarakan pendapatnya pada tenaga pendidik. Jadi inti sebenarnya adalah baik peserta didik maupun tenaga didik sama-sama belajar dalam keadaan pembelajaran. Lalu metode pembelajaran dalam pedagogi adalah metode yang pasif, yaitu dengan cara ceramah. Misalnya gini, coba kita mengingat bagaimana cara kita belajar pada masa-masa SD-SMP, kita masih mengharapkan guru yang menjelaskan, tanpa kita harus belajar dari rumah atau tanpa kita tau apa sih bahan pembelajaran pada hari ini. Semuanya masih berpusat pada guru, apa-apa guru, penjelasan dari guru, tugas dari guru, penilaian dari guru, hanya sebatas itu dan tidak ada kontribusi kita didalamnya, karena metode yang pasif tadi.
Naah selain perbedaan secara umum, ada juga perbedaan secara spesifik lagi, yaitu asumsi-asumsi dari andragogi maupun pedagogi. Sebenarnya ada sebelas asumsi, tetapi disini saya tidak akan menyebutkan kesebelas asumsi tadi, hanya empat asumsi yang akan saya jelaskan.
NO
INDIKATOR
ASUMSI ANDRAGOGI
ASUMSI PEDAGOGI
1
ORIENTASI UNTUK BELAJAR
BERPUSAT PADA MASALAH
BERPUSAT PADA MATA PELAJARAN
2
PENGALAMAN
PELAJAR MERUPAKAN SUMBER DAYA YANG KAYA UNTUK BELAJAR
PELAJAR BERHARGA KECIL UNTUK BELAJAR
3
KEGIATAN
TEKNIK PENGALAMAN
TEKNIK PELAYANAN
4
KONSEP DIRI
PENINGKATAN ARAH DIRI/KEMANDIRIAN
KETERGANTUNGAN
1.       Maksud asumsi yang pertama, orientasi belajar pada andragogi itu berpusat pada masalah adalah kita belajar untuk menyelesaikan masalah yang ada, jadi fokus kita dalam belajar terletak pada masalah apa yang kita hadapi. Misalnya saya menghadapi masalah dalam belajar jika dosen menjelaskan pelajarannya secara ceramah dan saya kurang paham. Naah, cara saya menyelesaikan problem saya ini yaa saya akan berdiskusi kembali dengan teman saya atau saya kembali belajar sendiri dirumah atau dengan cara yang lain. kalau pada pedagogi ini fokusnya hanya pada mata pelajarannya. Misalnya, pada pelajaran kimia saya gak paham gimana cara mengerjakan soal tentang ion, jadi saya hanya kembali mengerjakan soal yang sama sampai benar tanpa mengetahui apa sebenarnya konsep atau tujuan saya untuk belajar mengenai ion tersebut. Jadi saya hanya mengerti mengerjakan soal tanpa paham bagaimana saja cara-caranya.
2.       Yang kedua mengenai pengalaman. Disini pada andragogi kita sebagai orang dewasa adalah sumber yang kaya untuk belajar. Kenapa? Karena kita dapat saling berbagi ilmu dengan tenaga pendidik atau teman kita. Misalnya dalam matkul kepribadian, para presentator menjelaskan apa yang mereka ketahui dari hasil diskusi mereka didepan, naah disitukan sebenarnya kita udah belajar sendiri tanpa ada ikut campur dari dosen, dan dosen hanya mengarahkan atau meluruskan masalah hanya jika pembahasan sudah mulai kelihatan melenceng dari konsep yang ditetapkan. Kita juga dapat bertanya jawab dengan teman kita yang presentasi, intinya sebenarnya disini adalah kita dapat saling memberikan respon atas materi yang disampaikan, jadi kita belajar sendiri, paham sendiri, dan ujungnya nanti memang untuk kita sendiri hasilnya. Sedangkan pada pedagogi siswanya berharga kecil untuk belajar. Kenapa? Yaa karna itu tadi, siswa hanya belajar secara pasif tanpa ada respon yang signifikan, tanpa ada feedback yang diberikan. Jadinya yaa siswanya datang ke sekolah terus duduk dikelas terus gurunya datang menjelaskan pelajaran , anak-anak nyatat, terus bel pulang, terus guru ngasih tugas, sampai rumah dikerjakan, setelah selesai yaudah gadak apa-apa lagi. Hanya sebatas belajar untuk menjadi terbaik dengan nilai yang tertinggi tanpa memahami betul pelajarannya. Maka dari itu para siswa berharga kecil, karena mereka dianggap masih kecil untuk memberikan komentar pada guru yang strata belajarnya aja udah lebih tinggi dari anak-anak tersebut.
3.       Yang ketiga yaitu kegiatan. Pada andragogi ada teknik pengalaman, yaitu dari pengalaman kita apa aja sih yang udah kita dapatkan, gimana sih cara kita menyelesaikan masalah yang ini, jadi kalau ada masalah yang hampir sama seperti itu, kita udah gak bingung lagi cara menyelesaikannya gimana, kita udah paham dari pengalaman yang udah kita dapat. Sedangkan pada pedagogi ada teknik pelayanan. Bagaimana siswa bisa mengerti pelajaran, bisa ngerjain soal dengan bagus yaa tergantung dari bagaimana cara gurunya itu menjelaskan dengan baik, apakah mencontoh pas seperti yang ada dalam buku atau guru tersebut mempunyai cara tersendiri. Karenakan didalam pedagogi ini semuanya berpusat pada gurunya.
4.       Naah yang keempat dan yang terakhir adalah konsep diri. Dalam andragogikan orang-orangnya udah pada dewasa tuh, jadi yaa sangat diharapkan kalau kita lebih mandiri dalam belajarnya, jadi gak harus nunggu apa kata dosennya baru kita bergerak, yaa intinya kita bergerak atau belajar dengan inisiatif kita sendiri. Sedangkan pada pedagogi masih sangat bergantung pada gurunya, jadi nunggu dulu gurunya bilang apa, kasih tugas apa, pembagian kelompoknya gimana, baru semuanya bergerak, itupun masih tetap membutuhkan bantuan dari gurunya sendiri.
Ini aja yang bisa saya sampaikan, kalau ada kesalahan mohon dimaafkan. Saran dan kritik sangat saya harapkan agar semakin bagus lagi dalam menulis. Thanks!

Minggu, 20 April 2014

KELOMPOK 7
Ketua  :
       Taufiq Hasibuan                              131301032 http://131301032.blogspot.com/
Anggota          :
       Hetty Juliani                                    121301015 http://12015htj.blogspot.com/
       Venny Zulkarnain                            121301111 http://12111vz.blogspot.com/
       Putri Utami Oktiawandhani            131301050 http://13050puo.blogspot.com/
       Pandu Wiratama                              131301108 http://13108pw.blogspot.com/
       Venessa Putri Kintami Meliala       131301122 http://13122vpkm.blogspot.com/

A.      PROFIL SEKOLAH
Nama Sekolah             : SD Negeri No. 064984
Alamat Sekolah        : Jalan Kapten Muslim No. 240 B Kecamatan Medan Helvetia
Akreditasi Sekolah      : A
Uang Sekolah              : Gratis (Dana BOS)
Digunakan Sejak         : Tahun 1978

      1.      Situasi Fisik Sekolah
·           Terdapat Halaman
·           Jumlah Kelas        : 14 Ruangan
·           Rumah Ibadah      : 1 Musollah
·           Perpustakaan        : 1
·           UKS                    : 1
·           Kantin                  : 1
·           Koperasi              : 1
·           Kamar Mandi       : 6
      •     Perempuan        : 3 
      •     Laki – Laki       : 3

      2.      Identifikasi kelas
Hari / Tanggal Observasi         : Kamis, 3 April 2014
Kelas yang di Observasi         : IV B
Mata Pelajaran                       : Matematika
Nama Guru yang Mengajar    : Ibu Rana
Waktu Observasi                   : 13.15 – 14.30 (75 Menit)
Jumlah Siswa
     Laki – Laki            : 11 Orang
     Perempuan             : 10 Orang
Alat Observasi                       : Pena, Buku Catatan, dan Jam
Media Pembelajaran
     Guru                      : Spidol dan White Board
     Siswa                     : Pena, Buku Catatan, Buku Panduan

      3.      Situasi Fisik Kelas
·           Kursi                    : 37 Buah
·           Kursi Guru            :   1 Buah
·           Meja                     : 20 Buah
·           Meja Guru            :   1 Buah
·           Lemari                  :   2 Buah
·           Jam Dinding          :   1 Buah
·           Penghapus            :   1 Buah
·           Kalender              :   1 Buah
·           Papan Absen        :   1 Buah
·           Hiasan Dinding      : 11 Buah
·           Gambar                :   1 Buah (Burung Garuda)
·           Stop Kontak         :   1 Buah
·           Lampu                  :   2 Buah
·           Pintu                     :   2 Buah
·           Jendela                  : 15 Buah
·           Ukuran Kelas        : 6 x 6 Meter

B.       DESKRIPSI KELAS
Kelas yang menjadi bahan observasi kami adalah kelas IV B, didalam kelas itu terdapat 21 orang siswa yang terdiri dari 11 orang siswa laki – laki dan 10 orang siswa perempuan. Ruangan kelas tersebut memiliki luas 6 x 6 meter.
Tata Letak ruangan di dalam kelas tersebut yaitu meja dan kursi disusun 4 banjar dengan masing – masing banjarnya terdapat 5 buah meja dan di setiap meja ada 2 buah kursi. Meja dan kursi untuk guru terletak di depan kursi banjar ketiga. Sebelah kiri meja guru terdapat 2 buah lemari, di belakang meja guru terdapat 1 buah papan white board. Di atas white board terdapat gambar burung garuda saja, namun tidak terdapat gambar presiden dan wakil presiden. Di atas gambar burung garuda terdapat 1 buah jam dinding berwarna kuning keemasan.
Ruangan kelas tersebut di penuhi dengan hiasan dinding yang merupakan hasil karya dari para siswa dan siswi kelas itu, yaitu berupa 10 buah puisi dan 1 buah mengenai struktur matahari dan gerhana matahari. Ada 2 buah pintu di dalam kelas IV B, pintu 1 yang merupakan pintu utama terletak di samping meja banjar pertama, sedangkan pintu 2 itu merupakan pintu yang menghubungkan antara kelas IV B dan kelas IV A.
C.      LAPORAN HASIL OBSERVASI
1.         Pendahuluan
Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan faktor pendukung yang memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan, sebab kualitas kehidupan suatu bangsa sangat erat hubungannya dengan tingkat pendidikan. Peran sekolah dinilai sangat penting bagi maju dan berkembangnya masyarakat dan terjaminnya kebutuhan kehidupan mereka kelak di kemudian hari.
Namun, landasan untuk membentuk pendidikan sekolah yang unggul harus terus diperbaiki agar pendidikan didunia sekolah lebih baik lagi. Mulai dari teori belajar yang digunakan, manajemen kelas, orientasi belajar, hingga motivasi belajar siswa juga harus diperhatikan. Dengan begitu kualitas pendidikan yang terbaik dapat kita berikan untuk semua anak bangsa. 
2.         Landasan Teori
-           Teori Belajar
Pandangan teori belajar menurut aliran behavioristik ( tingkah laku) adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon, menekankan pada “hasil” dari proses belajar. Menurut aliran kognitif adalah proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan , yakni asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan) menurut piaget, menekankan pad “proses” belajar. Menurut aliran humanistik adalah apa yang mungkin dikuasai ( dipelajari) oleh siswa, tercakup dalam tiga kawasan, yaitu kognitif, psikomotor, afektif menurut Blomm dan Krathowl, menekankan pada “isi” atau apa yg dipelajari.
-          Manajemen Kelas
Manajemen kelas merupakan kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar efektif di dalam kelas. Prinsip manajemen kelas di aplikasikan secara berbeda untuk setiap tingkatan pendidikannya dan di sesuaikan juga denga kebutuhan yang ada dengan mempertimbangkan iklim dan budaya sekolah.
3.         Hasil Observasi
Kelas yang menjadi bahan observasi kami adalah kelas IV B. Proses belajar mengajar sebenarnya dimulai pada pukul 13.00, namun dikarenakan pada saat itu sedang hujan deras, maka guru yang mengajar di dalam kelas itu sedikit terlambat. Selama kurang lebih 10 menit, akhirnya guru yang mengajar itu datang. Kemudian tanpa membuang waktu ia langsung memulai pembelajaran. Pertama ia menjelaskan mengenai cara mengerjakan perkalian dua suku di papan tulis, pada saat itu sedang berlangsung pembelajaran matematika.
Setelah selesai menerangkan materi dan memberikan beberapa buah contoh, guru itu menyuruh muridnya untuk maju ke depan satu persatu untuk mengerjakan soal yang sudah ia buat di papan tulis. Dengan jumlah murid yang tidak terlalu banyak, maka semua murid mendapat gilirannya masing-masing. Setelah semua muridnya mendapat giliran untuk mengerjakan tugas ke depan, kemudian ia juga memberikan pekerjaan rumah untuk para muridnya yang akan dikumpulkan ketika masuk pelajaran matematika selanjutnya.
Cara belajar yang seperti itu jika menurut kami dan menurut buku yang telah dipelajari mungkin akan kurang efektif dan bisa saja memang tidak efektif. Karena apa? Karena dengan menyuruh satu per satu murid maju ke depan dan mengerjakan soal, maka murid yang belum atau yang sudah mengerjakan soal akan menjadi ribut dan kelas menjadi tidak kondusif. Masing-masing murid memiliki kegiatannya sendiri, seperti yang kami perhatikan, ada yang bercerita dengan temannya yang lain, ada yang hanya bengong, ada yang menulis hal yang tidak menyangkut pelajaran, dan lain sebagainya.
Disini cara berbicara guru tidaklah terlalu formal, tetapi masih dalam kaidahnya dan masih sopan, tidak hanya asal berbicara dan menerangkan. Tidak ada bahasa yang kasar yang kami dengar, tidak ada juga yang sampai memaki murid walaupun memang ada beberapa murid yang terlalu ribut dan tidak memperhatikan ke depan kelas.
Sorot mata sang guru juga tidak ada tatapan merendahkan atau seperti men-judge rendah oranglain, walaupun kami ada disana untuk mengobservasi ataupun ada murid yang membuat keributan. Hanya saja ketika keributan memang sudah melewati batas, maka sang guru hanya sedikit menatap tegas dan memanggil nama murid yang membuat keributan.
Ketika dengan cara memanggil pun sang murid tidak mengindahkannya, maka yang dilakukan sang guru adalah memberi sebuah punishment. Tetapi apakah keributan berhasil diminimalisir? Jawabannya adalah iya, tetapi hanya berkisar lima menit dan setelah itu keributan kembali terjadi.
Respon murid terhadap gurunya sangat kami acungi jempol. Karena pada saat guru menerangkan dan mulai bertanya, hampir satu kelas menjawab pertanyaan guru dengan semangat dan dengan suara yang lantang. Saat soal pertama dibuat dan ditanyakan siapa yang mau maju ke depan juga hampir semua murid mengacungkan telunjuknya dan berlomba-lomba ingin maju dan mengerjakan soal ke depan kelas.
D.      ANALISIS DENGAN TEORI BELAJAR
            1.    Teori Penguatan Skinner
Skinner mengidentifikasikan tiga komponen penting dari perubahan perilaku, yaitu :
a.    Kesempatan dimana perilaku terjadi
b.    Perilaku itu sendiri
c.    Konsekuensi dari perilaku
Respon sering diberikan pada lingkungan untuk menghasilkan konsekuensi yang berbeda, dan konsekuensi tertentu menimbulkan pengulangan respon. Sebagai contoh seorang wanita memakai gaun yang indah ketika akan pergi dengan pacarnya kemudian mengharapkan mendapatkan sebuah pujian atas penampilannya. Bila itu terjadi maka konsekuensi dari perilaku tersebut akan adanya peningkatan frekuensi dari perilaku berbusana. Skinner menamakan respon ini sebagai berpenguat. Penguatan adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi atau penguat meningkatkan frekuensi respons.
Pada kelas IV B, guru memberikan reinforcement kepada murid di dalam kelas. Di mana ketika guru menyuruh muridnya untuk mengerjakan soal yang ia berikan di depan kelas (stimulus), ternyata ada murid yang ribut dan ketika ia di suruh mengerjakan soal tersebut tetapi ia tidak dapat menjawabnya (respon) setelah itu guru memberikan reinforcement dari perilakunya yaitu dengan memberikan reinforcement negatif bagi murid yang ribut sehingga tidak dapat menjawab soal. Sedangkan untuk siswa yang diam dan memperhatikan temannya yang sedang mengerjakan soal di depan kelas (reinforcement positif).
Pada proses pembelajaran yang dilakukan, guru memberikan reinforcement di mana reinforcement positif dapat menguatkan perilaku dan akan meningkatkan frekuensi dari perilaku sehingga murid yang selalu memperhatikan temannya yang sedang mengerjakan soal di depan akan mempertahankan perilakunya. Sedangkan bagi murid yang ribut sehingga tidak dapat menjawab soal diberikan reinforcement negatif dan hukuman dengan harapan siswa menghilangkan perilaku tersebut. Teknik kontrol yang paling umum adalah hukuman (Skinner, 1953). Niat dari tindakan ini adalah untuk mereduksi frekuensi perilaku tertentu.
    
            2.    Teori Vygotsky
              -    Asumsi Vygotsky
Ada 3 klaim dalam inti pandangan Vygotsky, yaitu :
~ Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara developmental.
~ Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasi aktivitas mental.
~ Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh later belakang sosio kultural.
·                              -   Scaffolding
Teknik untuk mengubah level bantuan untuk belajar. Seorang guru atau murid yang lebih pandai atau mampu menyesuaikan jumlah bimbingan sesuai dengan kinerja murid.
            -     Zone of Proximal Development (ZPD)
Istilah Vygotsky untuk serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian tetapi dapat dipelajari dengan bantuan dari orang dewasa atau anak yang lebih mampu. Sebagai contoh, ketika guru menyuruh murid untuk mengerjakan soal didepan kelas, ada seorang murid yang belum mengerti dan ia bertanya kepada teman sebangkunya yang sudah mengerti. Setelah berulang-ulang diajarkan oleh temannya, akhirnya ketika ia disuruh maju.
E.       KESIMPULAN
Setelah kami melakukan observasi di SD Negeri 064984 pada hari Kamis, 3 April 2014 dapat ditarik kesimpulan bahwa sekolah tersebut memiliki sistem pembelajaran yang cukup baik dan sesuai dengan teori-teori mengenai proses belajar-mengajar.
Sistem pembelajaran seperti itu dapat menjadikan murid semakin aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Semua murid sangat antusias dalam mendengarkan dan memerhatikan guru mereka.

F.       TESTIMONI HASIL PENELITIAN
Hetty Juliani (12-015)
Perasaan senang menemani perjalanan observasi saya di SD Negeri No. 064984 yang dilakukan bersama teman-teman sekelompok saya. Meski awalnya ingin melaksanakan observasi di sebuah SMA yang, akan tetapi hal itu gagal terwujud dan berakhir pada kesepakan bersama teman-teman saya yaitu dan bertepatan di SD Negeri No. 064984. Sambutan yang hangat kami terima dari wakil kepala sekolah, guru-guru dan juga murid-murid yang berada di sekolah tersebut. Banyak pengalaman, pengetahuan juga ilmu yang saya dapatkan dalam tugas observasi. Terima kasih kepada wakil kepala sekolah, guru-guru, murid-murid SD Negeri No. 064984.

Venny Zulkarnain (12-111)
Dengan adanya tugas observasi ini, pengalaman yang saya dapat menjadi bertambah. Selain itu banyak kesan yang saya dapatkan selama proses observasi ini. Salah satunya yaitu sangat sulitnya untuk mendapatkan izin observasi dari pihak sekolah sehingga akhirnya kami harus berpindah sekolah. Sekolah yang kami observasi adalah SD Negeri No. 064984. Menurut saya, sistem pengajaran yang diberikan sudah cukup baik, karena masih menggunakan metode pengajaran langsung.

Taufiq Hasibuan (13-032)
Melakukan observasi langsung ke sekolah merupakan pengalaman yang baru bagi saya, karena sebelumnya saya tidak pernah melakukannya. Sistem pengajaran yang di terapkan pada SD Negeri No. 064984 menurut saya sudah sesuai dengan teori yang ada. Ini saya lihat karena guru dalam proses belajar mengajar menggunakan metode langsung dimana adanya interaksi yang sangat baik antara guru dan murid.

Putri Utami Oktiawandhani (13-050)
Ini merupakan pengalaman yang pertama kali bagi saya, melakukan observasi langsung ke sekolah. Pengalaman ini juga merupakan pengalaman baru dan pengalaman yang sangat berharga bagi saya. Karena dari sinilah saya dapat mengaplikasikan secara langsung semua teori-teori yang telah saya terima selama saya mengikuti perkuliahan Psikologi Pendidikan. Dengan melakukan observasi secara langsung ini saya dapat mengamati dan lebih memahami mengenai teori tersebut dengan menggunakan contoh yang nyata. Menurut saya, sistem pembelajaran di sekolah yang menjadi objek observasi kami sudah sesuai, namun fasilitas yang terdapat di sekolah itu belum cukup mendukung.

Pandu Wiratama (13-108)
Teori yang di gunakan SD 064984 sudah cukup baik bagi anak-anak yang menjalankan proses belajar mengajar di sekolah, namun minimnya fasilitas dapat menghambat pengetahuan mereka pada zaman modern saat ini, karena bagaimanapun kecanggihan tekhnologi yang ada saat ini dapat memberikan efek positif bagi anak-anak ke depannya untuk bersaing di dunia global. Pihak sekolah juga harus memperhatikan tingkah laku dari murid-murid agar tidak menyimpang, karena sebagian dari mereka masih banyak yang tidak mematuhi perintah dan arahan guru.

Venessa Putri Kintami Meliala (13-122)
Sistem pembelajaran yang diterapkan pada SD Negeri No. 064984 sudah cukup baik. Hal ini saya lihat karena adanya interaksi yang sangat baik antara guru dan murid, Dimana ketika guru memberikan pertanyaan kepada muridnya, sang murid pun dengan sangat antusias menjawab pertanyaan dari gurunya. Pembelajaran yang seperti ini dapat membuat siswa menjadi lebih aktif di dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Observasi ini memberikan saya banyak pengalaman baru yang sebelumnya tidak pernah saya lakukan, dan observasi ini juga menambah pengetahuan saya tentang bagaimana cara pengajaran yang efektif.