Sebelum aku jelasin mengenai psikologi sekolah,
kita harus tau dulu dong apa sih perbedaan antara psikologi pendidikan dengan
psikologi sekolah itu.Naah, menurut pengetahuan aku nih psikologi pendidikan itu adalah salah satu cabang ilmu
psikologi yang mempelajari penerapan-penerapan teori-teori psikologi dalam
bidang pendidikan. Sedangkan psikologi sekolah
itu adalah penerapan ilmu psikologi pendidikan berupa pemberian pelayanan
psikologis guna tercapainya tujuan pendidikan disekolah. Jadi gini nih maksudnya,
psikologi pendidikan itu lebih mengarah pada garis besarnya, bekerja secara
universal, misalnya kayak mengembangkan kurikulum. Kurikulum itukan bukan hanya
dipake disatu sekolah doang, tapi pasti dicoba buat diterapin secara
nasionalkan, jadi psikologi pendidikan ini lebih mengarah pada pendidikan
secara universalnya atau secara umumnya. Sedangkan psikologi sekolah itu lebih
mengarah pada kekhususannya untuk satu sekolah aja. Misalnya nih kayak mengatur
metode pembelajaran apa yang efektif buat kelas yang A, lalu metode
pembelajaran apa yang cocok di kelas B. Kaan tiap kelas tuh beda-beda kemampuan
sama karakteristiknya, misalnya aja nih, kelas yang A cocoknya tuh metode
pembelajaran yang ceramah aja, terus kelas B cocoknya tuh lebih banyak ke prakteknya
biar cepat nangkep. Kayak gitu tuh perbedaan psikologi pendidikan dan psikologi
sekolah secara umum.
Terus nih selanjutnya aku bakalan ngejelasin
tentang kontribusi psikologi pendidikan bagi pendidikan itu sendiri. Kitakan
udah tau tuh perbedaannya psikologi pendidikan dan psikologi sekolah secara
umum, disini aku bakalan jelasin secara lebih detail lagi perbedaan kedua
psikologi itu. Dimulai dari psikologi pendidikan.
Kontribusi psikologi pendidikan yang pertama tuh
ada pengembangan kurikulum, kayak yang uda gue bilang tadi diatas. Pertama kita
mulai dari definisi kurikulum itu sendiri, kurikulum adalah seperangkat program
yang direncanakan dan dilaksanakan, baik itu di dalam maupun di luar sekolah
untuk mencapai tujuan pendidikan. Naah , udah pada tau dong definisinya :D.
Yang kedua tuh kita bahas aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan sebelum dilakukannya
pengembangan kurikulum.
1.
Karakteristik psikologis peserta didik
Ini nih maksudnya gini,
karakter tiap orang pasti beda dong, gak ada yang samakan. Jadi untuk
dilakukannya pengembangan kurikulum, psikolog bagian pendidikan ini harus dapat
mengenali karakteristik dari siswa-siswa yang bakalan dikembangin kurikulumnya.
Gak harus terbang ke seluruh Indonesia terus observasi masing-masing siswa,
tetapi lebih melihat kepada contoh-contoh atau sampel dari siswa yang
sebelumnya memang telah diobservasi atau telah diperhatikan agar dapat
dikembangkannya kurikulum mereka. Apakah mereka gampang stres ataukan mereka
termasuk gampang beradaptasi, dan sebagainya.
2.
Kemampuan peserta didik untuk melakukan sesuatu
dalam berbagai konteks
Kalau yang ini maksudnya,
para psikolog pendidikan harus mengetahui seberapa jauh atau seberapa besar sih
kemampuan siswa-siswa di Indonesia atau ditingkat provinsi. Apakah dengan
misalnya mengembangkan kurikulum yang dari model seperti ini ke model yang
seperti itu dapat diikuti oleh siswa atau malah mereka semakin tidak mengerti
dan bingung. Salah-salah mengenali kemampuan peserta didik bakalan mengacu
kepada lulus atau tidak lulusnya siswa dalam pembelajaran tersebut.
3.
Pengalaman belajar siswa
Disini dimaksudkan bahwa
para psikolog pendidikan harus mengenali pengalaman belajar siswa, apakah
dengan terpaksa atau menyenangkan, ataukah dia lambat atau malah terlalu cepat
dalam menangkap permasalahan, ataukah dia lama mengerti atau malah sebaliknya.
4.
Hasil belajar
Hal ini juga sangat penting
untuk diperhatikan. Mengapa? Karena hasil belajar inilah yang menentukan apakah
kita harus merombak kembali kurikulum atau membiarkan kurikulumnya seperti itu
saja. Para psikolog pendidikan harus memperhatikan apakah hasil belajar mereka
dari kurikulum yang seperti ini memang bagus dan konstan atau malah semakin
menurun karena kurikulumnya tidak cocok atau tidak efektif sama sekali.
5.
Standarisasi kemampuan siswa
Naah, ini aspek yang
terakhir. Para psikolog pendidikan harus melihat standar pada kemampuan siswa
yang akan dikembangkan kurikulumnya. Apakah standarnya memang rata-rata semua
atau malah diatas atau dibawah rata-rata. Dengan memperhatikan standarisasi dari
kemampuan siswa-siswa tersebut, maka psikolog pendidikan akan dengan mudah
dapat mengembangkan kurikulum yang sesuai dan dapat diterima oleh semua siswa
tanpa memberatkan satu siswapun.
Jadi intinya sebenarnya, psikolog pendidikan memang
harus lebih memperhatikan apa yang memang sangat dibutuhkan oleh siswa-siswa
bukan hanya dari satu sekolah, tetapi dari banyak sekolah, dan juga harus dapat
mengembangkan kurikulumnya sesuai dengan standarisasi yang didapat dari
keseluruhan siswa. Jadi tidak akan ada pihak yang mereasa terbebani atau merasa
kemudahan dalam pembelajaran. Mengenai penyusunan buku ajar juga harus
didasarkan pada segi-segi psikologis
peserta didik.
Okee, setelah pengembangan kurikulum, kontribusi
psikologi pendidikan bagi pendidikan yang kedua tuh ada pengembangan program
pendidikan.
Yang pertama ada pengembangan program pendidikan,
contohnya seperti penyusunan jadwal belajar dan jadwal ujian dengan
mempertimbangkan aspek psikologis peserta didik. Jadi dipenyusunan ini nih
psikolog pendidikan tuh gak boleh ngebuat terlalu banyak jadwal dalam satu hari
atau bakalan banyak siswa yang stres dan akhirnya gak bisa konsentrasi buat
belajar, terus gak boleh ngebuat jadwal tuh misalnya dalam satu hari itu semua
pelajaran ngehitung semua, kayak pelajaran pertama matematika, terus yang kedua
fisika, yang ketiga kimia, naah kalau dibuat kayak gitu yang ada siswanya
bakalan stres dan rasanya kepala tuh mau pecah karena dipaksa buat ngehitung
dan mikir mulu. Makanya dalam pengaturan jadwal ini gak boleh sembarangan,
harus ada pertimbangan-pertimbangan mengenai siap gak siswa tersebut atau bisa
gak siswa tersebut mengikuti pelajaran jika jadwalnya begini, dan gitu juga
sama jadwal ujian, gak boleh terlalu banyak dan gak boleh pelajaran yang
ngebuat stres semua dijadwalin dalam satu hari itu.
Lalu yang kedua ada penentuan jurusan atau program.
Contohnya gini, psikolog pendidikan harus ngebuat kayak standar buat yang
misalnya mau masuk ke jurusan IPA, contohnya nih zaman SMA. Misalnya yang mau
masuk IPA tuh nilai rata-rata bidang IPA-nya 7,5, jadi yang tidak memenuhi
standar tersbut gak boleh lagi masuk IPA. Atau misalnya nih, nilai rata-rata
IPA-nya memenuhi, gitu juga nilai IPS-nya, jadi siswa tersebut tinggal milih
mau masuk IPA atau IPS, jangan terus dipaksakan harus masuk IPA hanya karena
nilai IPA-nya memenuhi standar. Karena kemauan dan motivasi siswa juga harus
diperhatikan dong. Buat apa dia terpaksa masuk IPA, yang ada entar malah
belajarnya semrawut karena ketidak-ikhlasannya tadi.
Yang terakhir ada pengembangan program. Naah,
pengembangan program ini harus mengacu pada upaya pengembangan kemampuan
potensial peserta didik. Misalnya, dibuat program pertandingan persahabatan
basket tingkat daerah, lalu kota, lalu provinsi. Atau dibuat program olimpiade,
dan sebagainya yang dapat mengembangkan kemampuan si siswa tadi agar potensi
dan bakat yang dipendamnya keluar atau muncul. Terus program ini juga dapat
memotivasi siswa agar menjadi lebih baik lagi agar tujuannya dapat tercapai.
Naah setelah pengembangan program pendidikan,
kontribusi psikologi pendidikan bagi pendidikan yang ketiga itu ada sistem
pembelajaran.
Yang pertama ada pemilihan teori belajar yang akan
diaplikasikan. Jadi para guru itu sebelum masuk dan mengajar suatu kelas harus
jelas teori apa yang bakalan dia sampein, jadi guru itu harus paham benar
dengan bahan pembelajaran yang akan dia berikan pada hari itu. Terus gak hanya
sampek disinni, para psikolog itu juga harus bekerja sama dengan guru-guru dan
ngejelasin mengenai teori belajar apa yang baik untuk digunakan disekolah itu
atau disuatu kelas, karnakan tiap-tiap sekolah itu siswa-siswanya beda dalam
bagaimana cara menyerap ilmunya, apakah harus dengan ceramah aja atau dengan
ada sedikit gamenya atau ada sedikit presentase dan sebagainya.
Lalu yang kedua itu ada model-model pembelajaran. Jadi,
para psikolog juga harus menerangkan pada guru dan sekolah mengenai model-model
pembelajaran apa saja yang ada terus pilih deh mana yang paling bagus untuk
diterapkan dalam sekolah itu atau dalam kelas itu.
Lalu yang ketiga ada pemilihan media dan alat bantu
pembelajaran. Jadi dalam suatu sekolah itu, sekolah juga harus memikirkan alat
bantu seperti apa aja yang dibutuhin buat negdukung pembelajaran tang ada
disekolah mereka. Misalnya dengan penambahan komputer/laptop dilab.informatika
atau menukar blackboard dengan white board, dan sebagainya.
Naah yang terakhir ada penentuan alokasi waktu
belajar dan pembelajaran. Disini maksudnya gini, gimana sih jadwal-jadwal yang
baik dalam mengatur pembelajaran. Misalnya saat hari Senin pagi, karena dirasa
masih sangat fresh-freshnya terus pikiran masih fokus karena udara masih sejuk
jadi hari Senin tuh pelajaran pertamanya Matematika, lalu Bahasa Indonesia agar
pelajarannya tidak terlalu berat menghitung semua, lalu agar lebih semangat
lagi, pada jadwal terakhir dijadwalkan pelajaran olahraga. Jadi para psikolog
dan pihak sekolah harus memikirkan apa saja dampaknya jika kita buad jadwal
belajar yang seperti ini, lalu apa sih bedanya kalau jadwalnya yang begini kita
buat terus jadwal yang begitu, bedanya gimana sih. Yaa seperti itulah initinya.
Setelah sistem pembelajaran, yang terakhir ini
adalah mengenai sistem evaluasi. Yang pertama ada penentuan teknik evaluasi
(teknik tes atau non-tes), lalu ada penentuan jenis tes (lisan, tulis, dan
perbuatan, serta objektif ataukah subjektif), yang terakhir ada penentuan
mengenai waktu pelaksanaan evaluasi.
Naah udah taukan gimana itu psikologi pendidikan,
disini akan aku jelasin mengenai psikologi sekolahnya. Diatas tadikan udah
dijelasin tuh apa sih pengertian psikologi sekolah itu, jadi disini aku bakalan
jelasin secara singkat aja sih, karena emang gak banyak yang bisa dijelasin
hehe. Psikolog sekolah tuh tugasnya adalah membentuk individu yang sehat mental
supaya proses belajar efektif itu tercapai, misalnya tuh kayak nilai-nilai
akademiknya tinggi atau bisa dikatakan sangat memuaskan, terus perilaku dan
keahlian siswa dalam bersosialisasi juga bagus, gak malu-malu atau gak mengarah
ke dalam hal-hal yang negatif dalam masyarakat, jadi intinya tuh siswa-siswanya
pada baik-baik semua, terus hubungan siswa dengan teman atau keluarganya atau
yang lainnya itu baik atau sehat, gak yang macem-macem atau aneh-aneh
perilakunya, terus juga siswanya tuh saling berkomunikasi dengan lancar satu
dengan yang lain, terus siswanya juga bisa saling menghargai dan memberikan
toleransi dengan yang lainnya, jadinya semuanya bisa saling ngerhormatin, bukan
malah ngejadiin sesuatu hal dari temennya tuh buat bahan ejekan, tetapi lebih
kepada saling respectlah satu sama lainnya, terus juga bisa ngehargai dirinya
sendiri dan oranglain, terus juga siswanya berkompetensi, dan lain sebagainyalah.
Naah, ini aja sih yang bisa aku sampein ke
temen-temen sekalian. Saran dan kritik kalian aku hargain, jadi kita sama-sama
belajar hehe. Maaf kalau aku ada kesalahan dalam pengetikan. Gomawo~~ ;)